Di benak Rabi yang saat ini mengalami kelumpuhan, ada impian untuk bisa melihat senyum takjub orangtuanya. Saat melihat ia bisa berdiri sendiri kelak
Usianya sekarang adalah masa di mana anak seusianya tengah mempersiapkan alat tulis & memilih sepatu yang akan dipakai ke sekolah. Namun, tidak untuk Rabi, yang terbaring di rumahnya.
Rabi diserang kelumpuhan yang membuat betisnya semakin mengecil.
Rabi memang sudah hidup dengan kondisi seperti itu saat usianya menginjak 10 tahun. Bukan tak mau berobat, namun biaya berobat sangatlah mahal.
Sekarang, usianya sudah 12 tahun, dan seharusnya masuk sekolah. Namun, karena penyakitnya, jangankan berangkat sekolah, untuk berdiri tegak saja tak berdaya.
Penghasilan ayah tiap pagi menjadi buruh harian didedikasikan untuk sambung nyawa anaknya. Sedihnya, kadang keluarga lalui hari tanpa makan.
Saat malam datang, setelah Rabi terlelap, ayah & ibu menitipkan mimpi mereka dalam doa untuk Rabi yang bisa sekolah kelak. Harapan yang entah kapan segera terwujud.
Yang mereka tidak tahu, dalam tidurnya, itu adalah mimpi Rabi. Bisa berjalan dengan kedua kakinya, dan duduk di bangku sekolah, tanpa lalui hari dengan sakitnya seperti sekarang.
© 2021 kotakinfak.id